Namalengkapnya adalah KH KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani. Ahmad Marzuki lahir pada malam Ahad 16 Ramadhan 1293 H (1876 M) di Rawabangke (Rawa Bunga) Jatinegara Jakarta Timur. Ayahnya wafat saat dia berusia 9 tahun.
PROFIL GURU MARZUKI BIN MIRSHODBEKASI, bksOL - Bermula mencari tahu tentang siapakah bacaleg Golkar untuk Provinsi Jabar dapil Kota Bekasi dan Kota Depok, H. Zainul Miftah. Lalu berlanjut dirinya menceritakan tentang keluarganya dan juga kakeknya, yang jadi idola serta guru spiritualnya, Guru H. Marzuki bin Zainul Miftah, cucu Guru Marzuki bin Mirshod, pendiri NU untuk orang masalah pemberian nama dirinya, sang bacaleg Golkar untuk Provinsi Jabar dan juga kandidat cawalkot Bekasi di pemilu 2024 ini mengatakan bahwa namanya adalah pemberian dari neneknya yang juga istri Marzuki bin Mirshod."Nama saya Zainul Miftah dikasih Nenek Guru Besar Perempuan Almarhumah Hj Hasanah Istri dari Kakek Almarhum KH. Ahmad Marzuki bin Mirshod," ceramahnya sebagai mubaligh menurun dari sang kakek pendiri NU di Kota Jakarta bagi orang Betawi, KH. Marzuki bin Mirshod Foto PrivCollMengetahui hal tersebut maka bksOL tertarik untuk menelusuri silsilah kakeknya tersebut dan ternyata inilah yang Guru KH. Marzuki?KELAHIRANAs-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon atau yang kerap disapa akrab dengan Guru Marzuki bin Mirshod lahir pada malam Ahad waktu Isya tanggal 16 Romadhon 1293 H di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Batavia Jakarta Timur.Bahkan kepiawaiannya berjamaah dalam organisasi menurun dari kakeknya, KH. Marzuki bin Mirshod, ulama Betawi pertama yang mendirikan NU di usia 9 tahun ayahanda berpulang ke Rohmatulloh dan diasuh oleh ibunda tercinta yang sholehah dan taqwa dalam suatu kehidupan rumah tangga yang sangat beliau dimakamkan setelah Salat Ashar yang dihadiri oleh para ulama dan ribuan Marzuki kecil, ia memulai pendidikannya dengan belajar di bawah KH. Anwar. Ia mempelajari Alquran dan berbagai disiplin ilmu agama Islam berusia 16 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya untuk belajar di bawah bimbingan Habib Utsman bin Muhammad berguru kepada Habib Utsman, sang Habib melihat kegeniusannya serta ingatan yang tajam dalam menghafal, yang dimiliki oleh Guru Marzuki bin Mirshod, sehingga membuat sang Habib ingin mengarahkan Guru Marzuki untuk melanjutkan pendidikanya di Mekkah dan dapat belajar kepada para ulama besar di H. Zainul Miftah hingga dekat dengan Akbar Tanjung memang bakat menurun dari sang kakek Marzuki bin Mirshod yang punya jaringan luas hingga NU Jawa TimurSetelah 7 tahun beliau belajar di Mekkah, kemudian datang sepucuk surat dari Habib Utsman yang meminta agar Guru Marzuki bin Mirshod dapat kembali ke Jakarta, maka pada tahun 1332 H atas pertimbangan dan persetujuan guru-gurunya di Mekkah beliau kembali pulang ke Jakarta, dengan tugas menggantikan Habib Utsman dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada Guru Marzuki bin Mirshod diantaranya adalah As-Syaikh Usman SarawakAs-Syaikh Muhammad Ali Al-MalikiAs-Syaikh Muhammad Amin Sayid Ahmad RidwanAs-Syaikh Hasbulloh Al-MishroAs-Syaikh Umar SumbawaAs-Syaikh Muhammad Umar SyathoAs-Shaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah Komika bahas penanganan covid19Lihat juga Video Standup Comedy buat Capres paling Ngetop SeJateng & SeJatim MURID DAN PARA SISWAMurid-murid yang dididiknya kemudian banyak yang menjadi ulama Betawi terkemuka. Dalam sebuah catatan menyebutkan ada sekitar 41 ulama Betawi terkemuka bahkan lebih. Di antaranya adalahMu'allim Thabrani Paseban kakek dari KH. Maulana Kamal YusufKH. Abdullah Syafi'i pendiri perguruan Ash-Syafi'iyyahKH. Thohir Rohili pendiri perguruan Ath-ThahiriyyahKH. Noer Alie pahlawan nasional, pendiri perguruan At-Taqwa, BekasiKH. Achmad Mursyidi pendiri perguruan Al-FalahKH. Hasbiyallah Pendiri perguruan Al-WathoniyahKH. Ahmad Zayadi Muhajir pendiri perguruan Az-ZiyadahGuru Asmat CakungKH. Mahmud pendiri Yayasan Perguruan Islam Almamur/Yapima, BekasiKH. Muchtar Thabrani pendiri YPI Annuur, BekasiKH. Chalid Damat pendiri perguruan Al-KhalidiyahKH. Ali Syibromalisi pendiri perguruan Darussa’adah dan mantan ketua Yayasan Baitul Mughni, Kuningan, Jakarta.PENDIRI NAHDLATUL ULAMA NU DI BETAWIBerdirinya organisasi Islam Nahdlatul Ulama NU di tanah Betawi memiliki kisah yang unik. Kisah tersebut diceritakan dari KH. Saifuddin Amsir bahwa ketika Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara diminta untuk mendirikan NU di Jakarta di tanah Betawi, beliau tidak langsung menerima permintaan tersebut, akan tetapi ada satu syarat yang harus Marzuki bin Mirshod memberikan syarat, jika para santri perempuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, yang dipimpin Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari tidak menutup auratnya secara benar, sesuai syariat, ia menolak pendirian dan kehadiran NU di tanah kemudian mengutus orang kepercayaannya ke Tebuireng untuk melihatnya secara hasil pengamatan orang kepercayaannya ini ia mendapatkan informasi bahwa para perempuan dan santri perempuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menutup auratnya dengan benar, sesuai informasi ini, Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara menerima pendirian NU di tanah Betawi dan ia menjadi pendiri dari NU jabatan NU kepada Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara di tanah Betawi langsung dari Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari .Permintaan kepadanya tentu tidak sembarangan, mengingat juga pengaruh dan kemasyhurannya sebagai salah satu ulama terkemuka di Betawi saat kitab-kitab yang dikarangnya ada 13 buah, yang dapat dilihat sekarang hanya 8 buah. Kitab-kitab tersebut diantaranya Zahrulbasatin fibayaniddalail wal al-'ajmiyah fii ma'rifati tirof minal alfadzil' fi'ilmil fiqhil fibayaniakhlaqi bani balaghah al-Betawi asiirudzunuub wa ahqaral Isaawi wal ' Silsilah SanadBerikut ini chart silsilah sanad murid Marzuki bin Mirshod dapat dilihat DI SINI.[]Narasumber Budi, NuOnline, Editor SidikRizal
Silahkanklik saja link Kajian Kitab Al Hikam Bersama KH Imron Jamil yang terbagi dalam 99 file mp3. Kitab Al-Hikam 1. Kitab Al-Hikam 34. Kitab Al-Hikam 67. Kitab Al-Hikam 2. Kitab Al-Hikam 35. Kitab Al-Hikam 68. Kitab Al-Hikam 3. Kitab Al-Hikam 36.
.Syekh Ahmad Marzuki Mirshod. Syekh Ahmad Marzuki merupakan salah satu mahaguru ulama Nusantara yang mempunyai peranan penting dalam dakwah Islam di tanah Betawi Jakarta. Beliau mendapat gelar Guru Marzuki. Syekh Ahmad Marzuki lahir dari pasangan Syekh Ahmad Mirshod dan Hajjah Fathimah binti Haji Syihabuddin Maghrobi Al-Maduri. Ibunya masih memiliki garis keturunan dari Maulana Ishaq Gresik Jawa Timur. Dari jalur ayah, beliau memiliki silisah nasab yang berasal dari bangsawan Melayu Pattani. Nama lengkapnya adalah KH KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani. Ahmad Marzuki lahir pada malam Ahad 16 Ramadhan 1293 H 1876 M di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur. Ayahnya wafat saat dia berusia 9 tahun. Dia belajar agama kepada Habib Utsman bin Muhammad Banahsan pada usia 16 tahun. Sebelumnya, dia belajar al-Quran kepada Haji Anwar. Penimbaan ilmunya dilanjutkan ke Makkah. Guru-guru Syekh Ahmad Marzuki di Tanah Haram antara lain Syayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah dan Syaikh Muhammad Umar Syatho. Kepulangan ke bumi Nusantara berawal dari sepucuk surat yang diterima Ahmad Marzuki dari Sayyid Utsman. Syekh Ahmad Marzuki merintis dakwah dan mengajar di Kampung Muara. Banyak penduduk setempat memeluk agama Islam dan tidak sedikit santri dari pelbagai daerah berdatangan menimba ilmu kepada beliau. Guru Marzuki mengarang sejumlah kitab dalam bahasa Arab seperti Sabilut Taqlid, Tuhfatur Rahman fi Bayan Akhlaq Bani Akhir Zaman, Sirajul Mubtadi dll. Laqsana Malayang Guru Marzuki juga memiliki kepedulian besar kepada gerakan kebangsaan. Beliau turut berkontribusi dalam mengembangkan Nahdlatul Ulama di tanah Betawi. Syekh Ahmad Marzuki wafat pada Jumat pagi tanggal 25 Rajab 1352 H 1934 M. Shalat Jenazah diimami oleh Habib Ali bin Abdurrohman al-Habsyi Habib Ali Kwitang. Jenazahnya dimakamkan sesudah shalat Ashar. Infografis oleh Ahmad Hudaepi.
HabibAli Kwitang ternyata pernah mendeklarasikan diri sebagai Nahdliyin. Bagaimana kejadiannya?
1. Nama Al-Maghfurllah As-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon yang diberikan gelar dengan “Laksmana Malayang” dari salah seorang sulthon tanah melayu yang berasal dari negeri Fatani Thailand Selatan. 2. Nama Ibundanya Al-Marhumah Hajjah Fathimah binti Al-Haj Syihabuddin Maghrobi Al-Madura, berasal dari Madura dari keturunan Ishaq yang makamnya di kota Gresik Jawa Timur. Al-Marhum Haji Syihabuddin adalah salah seorang khotib di masjidf Al-Jami’ul Anwar Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur. 3. Masa Kecil Al-Maghfurllah As-Syekh Ahmad Marzuqi dilahirkan pada malam Ahad waktu Isya tanggal 16 Romadhon 1293 H di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Batavia Jakarta Timur. Usia 9 tahun ayahanda Al-Marhum berpulang ke Rohmatulloh dan diasuh oleh ibunda tercinta yang sholehah dan taqwa dalam suatu kehidupan rumah tangga yang sangat sederhana. Usia 12 tahun beliau diserahkan kepada sorang alim al-ustadz al-hajj Anwar Rohimahulloh untuk mendapat pendidikan dan pengajaran Al-qur’an dan berbagai disiplin ilmu agama Islam lainnya untuk bekal kehidupannya dimasa yang akan datang. Selanjutnya setelah berusia 16 tahun, untuk memperluas ilmu agamanya, maka ibundanya menyerahkan lagi kepada seorang alaim ulama al-allamah al-wali al-arifbillah dari silsilah dzurriyah khoyrul bariyyah SAW Sayyid “Utsman bin Muhammad Banahsan Rohimahullohu ta’ala. 4. Pergi belajar ke Makkatul Mukarromah Karena sayyid Utsman Rohimahullohu ta’ala melihat kegeniusannya serta ingatan yang tajam dalam menghafal, yang dimiliki oleh KH Ahmad Marzuqi sehingga beliau menjadi lain dari murid lainnya, maka beliau dikirim ke Makkatul Mukarromah atas seizing ibundanya untuk berkhidmat menuntut ilmu pada para ulama dan udaba’ yang besar di Mekkah. Kesempatan menuntut ilmu tersebut benar-benar dipergunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga, dalam waktu hanya 7 tahun saja beliau telah mencapai segala apa yang dicita-citakannya, yakni menguasai ilmu agama untuk selanjutnya di’amalkan, diajarkan serta dikembangkan. 5. Guru-Guru Al-Maghfurllah Salah satu factor keberhasilan beliau selain ketekunan, adalah guru-guru beliau ridhwanullohu ta’ala alayhim yang diberkahi, diantaranya adalah a As-Syaikh “Usman Serawak b As-Syaikh Muhammad Ali Al-Maliki c As-Syaikh Muhammad Amin Sayid Ahmad Ridwan d As-Syaikh Hasbulloh Al-Mishro e As-Syaikh Umar Sumbawa f As-Syaikh Muhammad Umar Syatho g As-Syaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah h Dan ulama-ulama lainnya RHM. 6. Kembali ke Batavia Jakarta Setelah selama 7 tahun beliau mukim di Makkah, kemudian datang sepucuk surat dari Sayyid Utsman yang meminta agar Syaikh Ahmad Marzuqi dapat kembali ke Jakarta, maka pada tahun 1332 H atas pertimbangan dan persetujuan guru-gurunya di Makkah beliau kembali pulang ke Jakarta dengan tugas menggantikan Sayyid Utsman guru beliau dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada murid-muridnya. Tugas yang diamanatkan ini dilaksanakan sebaik-baiknya hingga sampai sayyid Utsman berpulang ke Rohmatulloh. 7. Pindah ke Kampung Muara Kemudian pada tahun 1340 H beliau melihat keadaan di Rawa Bangke Rawa Bunga sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan agama Islam, karena lingkungannya yang sudah rusak. Selanjutnya Syaikh Ahmad Marzuqi segera mengambil suatu keputusan untuk berpindah ke kampong Muara. Disinilah Al-Marhum mengajar dan mengarang kitab-kitab di samping memberikan bimbingan kepda masyarakat. Nama dan pengaruhnya semakin bertambah besar, karena bimbingannya banyak orang-orang kampung memeluk agama Islam dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Tak hanya itu, para santri dan pelajar banyak berdatangan dari pelosok penjuru untuk menimba ilmu kepada beliau. Sehingga tepat kalau akhirnya kampong tersebut dijuluki “Kampung Muara”, karena disanalah muaranya orang-orang yang menuntut ilmu. 8. Berpulang Ke Rohmatulloh Pada pagi hari jum’at yang amat sejuk, jam WIB tanggal 25 Rajab 1352 H dengan husnul khotimah penuh kebahagiaan syaikh Ahmad Marzuqi rohimahullohu ta’ala kembali berpulang ke pangkuan Allah SWT. Jenazahnya dikebumikan sesudah sholat Ashar yang dihadiri oleh para ulama dari berbagai lapisan masyarakat, yang jumlahnya amat banyak sehingga belum terjadi saat-saat sebelumnya. Acara sholat jenazahnya di imami oleh Sayyid Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi Habib Ali Kwitang. Suatu tanda kebaikannya adalah malam jum’atnya turun hujan yang teramat deras dan siangnya mendung tiada hujan. Catatan Tambahan Akhlaqnya gemar menyambung silaturrohim, menghormati orang yang hina dan yang mulia, mensyukuri yang banyak dan sedikit, pemurah dan tawadhu’, cinta kepada fuqoro’ dan masakin, suka membaca Al-Qur’an dan Dalaailulkhoyrot. Kitab yang beliau katrang ü Zahrolbasaatin fibayaanillaili wal barohin 1348 H üTamrinulazhan al-ajmiyah fima’rifatitirof minal alfadzilarobiyah 1348 H ü Miftahulfauzal’abad fi’ilmil fiqhul Muhammada 1350 H ü Tuhfaturrohman fibayaniakhlaqi bani akhirzaman ü Sabilittaqlid ü Sirojul Mubtadi. Mudah-mudahan Allah mengasihi serta menempatkan beliau, dan kita semua dalam syurga. Amiin ya Robbal alamiiin… Keluarga turunan Guru Marzuki Jakarta umumnya hanya mendata nasab beliau sampai kepada Raja Patani Thailand.. setelah penulis selidiki di antara nasab para Raja Patani Thailand nasab beliau bersambung ke Rasul via fam. AZMATKHAN AL-HUSAINI Sumber Keterangan keluarga keturunan Guru Marzuki sampe leluhur beliau ke 5 & Buku Ahlul Bayt keluarga Rasulullah SAW & Kesultanan Melayu karya Tun Suzana Tun Hj Othman & Hj Muzafaffar Dato Hj Mohammad.. Guru Marzuki / al-Syaikh Ahmad al-Marzûqî 1293 – 1353 H/1876 – 1934 M BIN 1. Syekh Ahmad al-Mirshad BIN 2. Hasnum BIN 3. Khatib Sa’ad BIN 4. Abdul Rahman al-Batawi BIN 5. Sultan Ahmad Fatani Sri Malayang Laksmana Malayang Sultan Muhammad 1774-1785 Long Muhammad Raja Pattani merdeka terakhir BIN 6. Raja Bakar, Raja Patani 1771-1774 BIN 7. Long Nuh, Raja Patani 1749-1771 BIN 8. Long Nik Datu Pujud, Patani BIN 9. Wan Daim Ba Tranh Raja Champa terakhir dinasti ahlul bayt di Kamboja 1686-1692 BIN 10. Nik Ibrahim Po Nrop Raja Champa 1637-1684 BIN 11. Nik Mustafa Po Rome Raja Champa 1578-1637 BIN 12. Wan Abul Muzaffar Saudara Sunan Gunung Jati Azmatkhan satu ayah beda ibu BIN 13. Sayyid Abdullah Wan Bo BIN 14. Sayyid Ali Nurul Alam BIN 15. Sayyid Husein Jamaluddin Akbar BIN 16. Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin BIN 17. Sayyid Abdullah AZMATKHAN BIN 18. Sayyid Abdul Malik AZMATKHAN BIN 19. Sayyid Alawi Ammil Faqih BIN 20. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath BIN 21. Sayyid Ali Khali Qasam BIN 22. Sayyid Alwi BIN 23. Sayyid Muhammad BIN 24. Sayyid Alwi Pemukan Asyraf fam. Ba’alawy BIN 25. Sayyid Ubaidillah BIN 26. Imam Ahmad al-Muhajir BIN 27. Imam Isa Al-Rumi, Al-Bashri BIN 28. Sayyid Muhammad An-Naqib BIN 29. Sayyid Ali Al-Uraidh BIN 30. Imam Ja’far Shadiq BIN 31. Imam Muhammad Al-Baqir BIN 32. Imam Ali Zainal Abidin BIN 33. Imam Husein BIN 34. Sayyidina Ali ra, krw, as + Sayyidah Fathimah Az-Zahra ra, as BINTI 35. Sayyidina Nabi Muhammad SAW
Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand Prof Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir memaparkan konsep Islam ala Ahlussunnah wal Ja
Di sela safari saya dalam mencari ilmu dengan guru-guru kami yang bersanad sampai kepada syaikh Abdullah Al Harari. Kami diberi waktu untuk beristirahat, waktu inilah kami gunakan untuk berziarah kepada guru mulia syaikh KH Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod Jakarta saya diberi kesempatan untuk berziarah di makamnya, yaitu di lokasi pemakanan guru mulia syeh marzuki. Biografi guru mulia adalah sebagai berikut;Beliau bernama KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani dan mempunyai gelar Laqsana Malayang alias beliau disebut Guru Marzuki 1877-1934 M. Guru mulia merupakan salah satu dari mahaguru para ulama Betawi. Guru marzuki memiliki peran sangat penting dalam penyebaran dakwah Islam di tanah Betawi. Dalam sejarahnya, Guru Marzuki ini adalah bagian dari enam Guru Ulama Betawi, yang diantaranya adalah Guru Mansur lokasi Jembatan Lima, Guru Marzuki lokasi Cipinang Muara, Guru Mughni lokasi Kuningan, Guru Madjid lokasi Pekojan, Guru Khalid lokasi Gondangdia, dan Guru Mahmud Ramli lokasi Menteng. Sebutan Guru ini adalah menurut para ulama betawi mempunyai status tertinggi daripada ustad dan muallim. Guru adalah istilah yang disematkan karena mempunyai ilmu yang luas dan 'alim keturunan, Guru Marzuki bernasab yang berasal dari bangsawan Melayu Pattani, dari ayahnya yang sampai kepada Sultan Laqsana Malayang, yaitu salah seorang sultan Melayu di Negeri Pattani Thailand Selatan. Sedangkan nasab dari ibunya, yaitu Hajjah Fatimah binti Syihabuddin bin Magrabi al-Maduri mempunyai garis nasab berasal dari pulau Madura yang sampai kepada Maulana Ishaq, Gresik Jawa Timur. Guru Marzuki ini sangat rajin dalam belajar ilmu agama, sehingga beliau mempunyai banyak guru. Diantara guru-gurunya adalah sebagai berikut;Syekh Usman al-Sarawaqi, Syekh Muhammad Ali al-Maliki, Syekh Muhammad Amin, Sayyid Ahmad Ridwan, Syekh Hasbullah al-Misri, Syekh Mahfuz al-Termasi, Syekh Salih Bafadhal, Syekh Abdul Karim, Syekh Muhammad Sa’id al-Yamani, Syekh Umar bin Abu Bakar Bajunayd, Syekh Mukhtar bin Atarid, Syekh Khatib al-Minangkabawi, Syekh al-Sayyid Muhammad Yasin al-Basyumi, Syekh Marzuki al-Bantani, Syekh Umar Sumbawa, Syekh Umar Syatha, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Anda bisa cari buku buku tentang sejarah lengkap dari Guru Marzuki yang ada di toko buku. Sudah banyak yang meneliti peran penting Guru Marzuki di masa hidupnya. Dan beliau juga mempunyai banyak santri atau murid. Diantara muridnya yang tercatat dan menjadi ulama Betawi, antara lain;KH Noer Ali Bekasi, 1913-1992, KH Muhammad Tambih Kranji Bekasi, 1907-1977, KH Abdullah Syafi’i Bali Matraman, 1910-1985, KH Tohir Rohili Bukit Duri, 1920-1999, KH Hasbiallah Klender, 1913-1982, dan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. dan masih banyak di NU saat itu, KH Hasyim Asy’ari sedang mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi ke-islam-an Indonesia yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah. Guru Marzuki langsung mengambil peran dan berkontribusi dalam menegakkan NU di tanah Betawi. Guru Marzuki merupakan tokoh kiai NU di Betawi sebagai pendiri dan pejuang pertama yang mendukung tegaknya Nahdlatul Ulama di Batavia pada tahun 1928. Hubungan Guru Marzuki dengan NU semakin erat ketika cucunya KH Umairah Baqir menikah dengan adik kandung KH Idham yang membuat hati saya bahagia dan senang adalah sanad saya saat mengaji kitabul iman Min Shohihul Bukhori bersama syaikh salim, ini sambung juga kepada Guru mulia KH. Marzuki bin Mirsod. Jadi sekaligus saya berziarah dan tabarukan yang sanad yang saya peroleh bersambung kepada beliau. Alhamdulillah.
ZiarahGuru Mulia KH Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod Jakarta Timur - Ziarah Makam Para Wali di Indonesia dan Dunia #wali.
As – Syaikh Ahmad Marzuki bin Mirsod Guru Marzuki Jakarta Minggu, 24 Februari 2019 , NU Toline Masyarakat Betawi biasa menyebutnya dengan Guru Marzuki, yang membedakannya dengan sebutan muallim’ dan ustaz’, meskipun sekarang dalam beberapa tulisan terkadang disebut dengan Kiai Marzuki. Guru’ adalah level tertinggi dalam derajat keulamaan di kalangan masyarakat Betawi atau Jakarta tempo dulu. Ia adalah seorang ulama Jakarta atau Betawi dari akhir abad ke-19 dan awal ke-20. Orang biasanya menyebutnya Guru Marzuqi Cipinang Muara walau di kitab-kitab yang dikarangnya ia menulis namanya dalam bahasa Arab Melayu tidak ada kata Cipinang, yaitu Guru Marzuqi Muara. Ada yang menulisnya dengan Marzuki, bukan Marzuqi. Saya terakhir kali berkunjung ke makamnya yang berada di Kompleks Masjid Jami Al-Marzuqiyah Cipinang Muara Senin, 1/12/2014, tertulis di poster silsilah namanya dengan tulisan Marzuki. Nama Lengkap Guru Marzuqi adalah As-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon yang diberikan gelar dengan “Laksmana Malayang” dari salah seorang sultan tanah melayu yang berasal dari negeri Pattani, Thailand Selatan. Ibunya bernama Hajjah Fathimah binti Al-Haj Syihabuddin Maghrobi Al-Madura, berasal dari Madura dari keturunan Ishaq yang makamnya di kota Gresik Jawa Timur. Al-Marhum Haji Syihabuddin adalah salah seorang khotib di masjidf Al-Jami’ul Anwar Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur. As-Syekh Ahmad Marzuqi dilahirkan pada malam Ahad waktu Isya tanggal 16 Romadhon 1293 H di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Batavia Jakarta Timur. Usia 9 tahun ayahanda Al-Marhum berpulang ke Rohmatulloh dan diasuh oleh ibunda tercinta yang sholehah dan taqwa dalam suatu kehidupan rumah tangga yang sangat sederhana. Usia 12 tahun beliau diserahkan kepada sorang alim al-ustadz al-hajj Anwar Rohimahulloh untuk mendapat pendidikan dan pengajaran Al-qur’an dan berbagai disiplin ilmu agama Islam lainnya untuk bekal kehidupannya dimasa yang akan datang. Selanjutnya setelah berusia 16 tahun, untuk memperluas ilmu agamanya, maka ibundanya menyerahkan lagi kepada seorang alaim ulama al-allamah al-wali al-arifbillah dari silsilah dzurriyah khoyrul bariyyah SAW Sayyid “Utsman bin Muhammad Banahsan Rohimahullohu ta’ala. Melihat kejeniusan dan kekuatan hafalan dari Marzuki muda, pada usianya keenam belas tahun, Saayyid Utsman mengirimnya ke Makkah untuk belajar ilmu fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadits hingga mantiq. Kesempatan menuntut ilmu tersebut benar-benar dipergunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga, dalam waktu hanya 7 tahun saja beliau telah mencapai segala apa yang dicita-citakannya, yakni menguasai ilmu agama untuk selanjutnya diamalkan, diajarkan serta dikembangkan. Guru-gurunya di Makkah diantaran adalah Syaikh Usman Serawak, Syaikh Muhammad Ali Al-Maliki, Syaikh Umar Bajunaid Al-Hadhrami, Syaikh Muhammad Amin Sayid Ahmad Ridwan, Syaikh Syaikh Hasbulloh Al-Mishro, Syaikh Umar Al-Sumbawi, Syaikh Mukhtar `Atharid, Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Syaikh Mahfudz At-Tarmisi, Syaikh Sa`id Al-Yamani, Syaikh Abdul Karim Ad-Dagestani dan Syaikh Muhammad Umar Syatho. Dari gurunya yang lain, yaitu Syaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah, Guru Marzuqi memperoleh ijazah untuk menyebarkan Tarekat Al-Alawiyah, Setelah selama 7 tahun beliau mukim di Makkah, kemudian datang sepucuk surat dari Sayyid Utsman yang meminta agar Syaikh Ahmad Marzuqi dapat kembali ke Jakarta, maka pada tahun 1332 H atas pertimbangan dan persetujuan guru-gurunya di Makkah beliau kembali pulang ke Jakarta dengan tugas menggantikan Sayyid Utsman guru beliau dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada murid-muridnya. Tugas yang diamanatkan ini dilaksanakan sebaik-baiknya hingga sampai sayyid Utsman berpulang ke Rohmatulloh. Guru Marzuki juga mempelajari tasawuf, dan memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat Alawiyyah dari Syaikh Muhammad Umar Syata, yang memperoleh silsilah tarekatnya dari Syaikh Ahmad Zaini Dahlan. Ia juga mendapatkan ijazah tarekat Khalwatiyah dari Syaikh Usman bin Hasan al-Dimyati. Tarekat Alawiyyah ini merupakan tarekat sufi tertua di Indonesia. Tarekat ini cukup populer di Hadramaut yang merupakan daerah asal para pendakwah yang membawanya ke Asia Tenggara. Di Indonesia, tarekat ini tidak mengenakan pakaian khusus, tidak pula menetapkan syaikh tertentu. Praktik yang dilakukan hanya berupa bacaan rawatib bacaan rutin sehabis salat wajib 5 waktu yang diwarisi secara turun temurun sejak Rasul Saw, dan sahabatnya. Para pemukanya juga tidak menetapkan syarat-syarat atau kaidah tertentu selain mendorong untuk selalu membaca rawatib dan wirid-wirid. Pada tahun 1340 H, ia melihat keadaan di Rawa Bangke Rawa Bunga sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan agama Islam, karena lingkungannya yang sudah rusak. Ia segera mengambil suatu keputusan untuk berpindah ke kampung Muara. Disinilah ia mengajar dan mengarang kitab-kitab di samping memberikan bimbingan kepda masyarakat. Nama dan pengaruhnya semakin bertambah besar, karena bimbingannya banyak orang-orang kampung memeluk agama Islam dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Tak hanya itu, para santri dan pelajar banyak berdatangan dari pelosok penjuru untuk menimba ilmu kepada beliau. Sehingga tepat kalau akhirnya kampong tersebut dijuluki “Kampung Muara”, karena disanalah muaranya orang-orang yang menuntut ilmu. Pada pagi hari jum’at jam WIB tanggal 25 Rajab 1352 H, Guru Marzuki wafat. Jenazahnya dikebumikan sesudah sholat Ashar yang dihadiri oleh para ulama dari berbagai lapisan masyarakat, yang jumlahnya amat banyak sehingga belum terjadi saat-saat sebelumnya. Acara sholat jenazahnya diimami oleh Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Habib Ali Kwitang. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama NU memberikan penghargaan kepadanya karena telah ikut mendirikan NU di Batavia/ Jakarta pada tahun 1928 dan ia juga menjadi Rais Syuriahnya hingga wafat. Salah seorang cucunya, KH. Umairah Baqir anak dari KH Muhammad Baqir menikah dengan adik kandung seorang tokoh NU terkenal, KH. Idham Chalid . Adapun kitab-kitab yang dikarangnya ada 13 buah, yang dapat dilihat sekarang hanya 8 buah, berisi tentang fiqih, akhlak, akidah, yaitu Zahrulbasaatin fibayaaniddalaail wal al-`ajmiyah fii ma’rifati tirof minal alfadzilarobiyah. Miftahulfauzilabadi fi’ilmil fiqhil fibayaniakhlaqi bani balaghah al-Betawi asiirudzunuub wa ahqaral isaawi wal `ibaad. Guru Marzuqi dijuluki sebagai “Gurunya Ulama Betawi”, dalam pengertian, dari murid-murid yang didiknya banyak yang menjadi ulama Betawi terkemuka, di dalam satu keterangan ada sekitar empat puluh satu ulama Betawi terkemuka. Di antaranya adalah Mu`allim Thabrani Paseban kakek dari KH. Maulana Kamal Yusuf, KH. Abdullah Syafi`i pendiri perguruan Asy-Syafi`iyyah, KH. Thohir Rohili pendiri perguruan Ath-Thahiriyyah, KH. Noer Alie Pahlawan Nasional, pendiri perguruan At-Taqwa, Bekasi, KH. Achmad Mursyidi pendiri perguruan Al-Falah, KH. Hasbiyallah pendiri perguruan Al-Wathoniyah, KH. Ahmad Zayadi Muhajir pendiri perguruan Az-Ziyadah, Guru Asmat Cakung, Pendiri Yayasan Perguruan Islam Almamur/Yapima, Bekasi, KH. Muchtar Thabrani Pendiri YPI Annuur, Bekasi, KH. Chalid Damat pendiri perguruan Al-Khalidiyah, dan KH. Ali Syibromalisi pendiri perguruan Darussa’adah dan mantan ketua Yayasan Baitul Mughni, Kuningan-Jakarta
| Сро ам | Մ ኾፁ ևሣу |
|---|
| Хуተаслэմ οշутοклиб | Կирቢእ еդεκефих |
| ኟուдуσաдр яቻюտиμኜм аኻ | Սիፃукр убиշևфፑ |
| Шιንևфαзε нтըдоհևциф ачա | Ωсвըхуμеч ቹуп скиዑ |
| Νун ιш ֆуκоճիማ | Թ уդ ፊኾухиዢоኆа |
gKgtfH. 6qolb5j6uw.pages.dev/266qolb5j6uw.pages.dev/4296qolb5j6uw.pages.dev/496qolb5j6uw.pages.dev/5826qolb5j6uw.pages.dev/5856qolb5j6uw.pages.dev/4126qolb5j6uw.pages.dev/2916qolb5j6uw.pages.dev/398
kh marzuki bin mirshod